guuysssssssss
I'm so sorry for Jenny's and Lesya's parts
it hasn't done yet sorryyy ><
coz I must to make Masie's and Franzy's parts more than 30 pages..
so here Masie's part 2
Aku masuk ke sebuah kafe yang remang-remang dan penuh aksen kayu mahoni. Banyak orang-orang tua disana. Ada paman Shontelle, paman Serena tetangga baruku, ada juga orang tua yang kebanyakan adalah kakek-kakek yang menghisap rokok yang mirip dengan rokok sherlock holmes ---- seperti pipa yang melengkung dan dibagian depannya terdapat bolongan yang besar ---- dan ada juga nenek-nenek yang berbau seperti sabun amore yang sering dipakai nenekku, nenekku memuja sabun itu, sungguh.
Aku duduk di bar dan memesan segelas sampange. Aku memperhatikan gelas yang berisi cairan seperti bensin itu. Berputar-putar seperti angin tornado kecil dan membuat gelombang-gelombang yang berliku ketika aku berhenti memutarnya. Aku meneguk cairan itu dengan cepat. Rasanya benar-benar masam dan membuat otakku berputar cepat seperti komedi putar. Aku menaruh gelas itu ke meja bar dengan keras. Agak membanting sehingga sebagian kakek-kakek yang duduk tidak jauh dariku memperhatikan aku. Aku agak sedikit heran dengan kafe ini. Kafe ini bernuansa kelam dan kebanyakan pengunjunggnya adalah para manula. Namun mereka masih menyediakan sampange, scotch, dan arak yang biasa diminun oleh remaja muda di Amerika yang berusia 16 tahun keatas untuk bersenang-senang. Namun memang begitulah keadaan kafe ini.
Di sudut ruangan sebelah kanan terdapat meja kosong yang terbuat dari kayu mahoni dan tampak sudah reot. Namun ada seseorang yang duduk di sisi kiri meja itu sambil menatap meja itu dengan tatapan nanar. Aku tak mempedulikannya walaupun kelakukannya membuatku tertarik namun bukan dia fokus pikiranku saat ini. Aku memesan lagi satu gelas champange kepada bartender di hadapanku. Ia seorang pria yang cukup tampan dan bermodel rambut seperti Chace Crowford pemain Nate Archibald dalam serial Gossip Girl. Namun rambutnya tidak sepirang Chace. Rambutnya coklat legam dan poninya terpotong acak-acakan. Seragam bartendernya terlihat kebesaran dan ditambah lagi tubuhnya yang relatif pendek. Seperti seekor kurcaci yang terlalu tinggi dan berbusana putih-hitam.
” Aku pesan satu gelas lagi” kataku sambil memberi gelas yang sudah kosong kepadanya.
” Segera aku siapkan nona” katanya sopan. ” Ini pesanan anda nona”
” Terima kasih” balasku dan segera meneguk gelas yang berisi cairan sampange itu.
” Ada pesanan lain nona? ” tanyanya tiba-tiba.
” Tidak perlu. Sudah cukup” kataku sambil tersenyum.
Bartender itu tidak membalas senyumku. Ia hanya berdiri agak jauh dari meja bar dengan berkacak pinggang. Tiba-tiba bartender itu menghilang. Seperti ditarik oleh seseorang menuju ke dapur yang remang-remang. Tak berapa lama kemudian bartender itu keluar lagi. Namun tatanan rambutnya dan postur tubuhnya jauh berbeda. Bartender ini berambut pirang dan jangkung. Tatanan rambutnya tidak mirip Chace Crawford. Ia berjalan mendekati bar sambil merapikan dandanannya. Ia berjalan menuju sisi kiri bar. Tempat aku duduk. Semakin lama ia semakin mendekat, semakin jelas pula gambaran bartender itu. Dan aku mengenalnya. Ia Linnerd. Linnerd Learine Harrington. Mantan pacarku! Apa yang dia lakukan disini?
” Masie, sudah lama sekali ” katanya sambil tersenyum tak meyakinkan.
” Li-linnerd? Apa yang kau lakukan?” tanyaku terbata-bata.
” Ikut aku ” katanya sambil berjalan ke sisi luar bar.
” Apa? ” tanyaku agak berteriak.
” Ikut aku! Kau akan lihat apa yang terjadi nanti! ” katanya juga berteriak.
Aku keluar bar. Meninggalkan kafe remang-remang itu dengan semua para tua-tua yang sedang menikmati heningnya malam itu. Seseorang yang duduk di sisi kiri meja mahoni itu menyimpulkan selembar senyuman yang tak meyakinkan. Sama seperti senyum Linnerd padaku tadi. Aku merasa orang itu ada hubungannya dengan Linnerd. Namun aku tidak tahu ap itu. Aku merasa hal yang buruk akan terjadi.
Taman kota. Linnerd membawaku ke taman kota. Taman itu sudah gelap. Hanya lampu-lampu jalan Mahanttam saja yang menerangi sebagian kecil taman itu. Aku turun dari motor besar Linnerd dan menuju bangku taman yang berada tepat di tengah-tengah taman itu. Motor Linnerd tak berubah sejak SMA. Aku rasa ia mencintai motor itu. Sampai-sampai motor itu dibawanya ke New York. Motor itu motor harley. Harley Davidson. Besar, berwarna hitam dan sangat keren. Aku memimpikan motor itu sejak SMA. Namun saat aku mendapatkan mobil Aston Martinku, aku melupakan segala hal tentang Harley Davidson.
Wajah Linnerd tak banyak berubah. Garis-garis keturunan Jepang masih tergores di wajahnya. Postur tubuhnya sedikit berubah. Ia jadi sedikit lebih tinggi. Kulitnya sedikit menghitam walaupun tetap terlihat bersih.
” Masie, apa kabarmu?” tanya Linnerd membuyarkan lamunanku.
” Oh.. baik.. bagaimana denganmu?” tanyaku sambil duduk di bangku taman.
” Aku juga baik” katanya sambil tersenyum.
Aku tak akan pernah lupa senyum manisnya. Senyumnya itulah yang membuatku terpikat padanya. Senyum tulus khas keturunan Jepang itu benar-benar tulus. Manis dan aku benar-benar memuja senyumnya. Sungguh.
” Kau belum banyak berubah ” katanya sambil mengamatiku. ” Kau tetap cantik, tetap tinggi dan tetap sering memilin rambutmu” katanya sambil tersenyum.
” Kau selalu tahu apa yang aku lakukan. Kau juga tak banyak berubah. Kau tetap mencintai motor besarmu itu” kataku tertawa.
Linnerd ikut tertawa. ” Dia hidupku. Aku mencintainya. ” jawabnya tak henti tertawa.
” Aku tahu itu. Kau memang mencintainya sejak SMA. Kau benar-benar membuatku iri saat itu! Tapi sekarang aku sudah punya Aston Martin. Jadi aku tak mengharapkan motor itu lagi ” kataku bangga. Suasana sempat hening sejenak. Sepertinya kami ”termakan” oleh pikiran kami sendiri. Tenggelam di dalamnya tanpa dapat mengatakannya pada lawan bicara kami yang jelas-jelas ada di depan kami.
” Masie, aku ingin menanyakan sesuatu padamu” katanya tiba-tiba.
”Tanyakan saja” kataku agak terkejut.
”Berjanjilah padaku dulu untuk tidak marah setelah aku mengatakan ini padamu” kata Linnerd dengan wajah serius.
”Ka-kau serius sekali. Memang hal apa yang mau kau bicarakan?”
”Berjanjilah dulu” katanya memaksa.
”Ya aku janji” kataku akhirnya.
Ia menarik napas. Mempersiapkan kata-kata yang akan ia katakan padaku. Aku hanya memandanginya melakukan ”ritual” persiapan untuk berbicara denganku sambil mengelengkan kepala. Apa yang mau ia bicarakan? Mencurigakan sekali Kuharap tak ada kejadian buruk yang akan terjadi.
”Masie, apakah kau masih mencintaiku?” tanya Linnerd akhirnya..
” A-apa? Apa kau gila? Aku sudah punya David dan aku sangat mencintainya! Mana mungkin aku masih mencintaimu, Linnerd. Kau masa laluku. Namun aku tak mau hubungan kita berakhir hanya karna kita tak lagi sepasang kekasih. Aku tetap mau kita berhubungan sebagai sahabat. Aku sudah pernah mengatakan ini kan? ” jawabku panjang lebar. Aku benar-benar tak menginginkan hal ini. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Aku tahu karakter Linnerd seutuhnya. Aku pernah berpacaran dengannya hampir 4 tahun. Sejak 3 SMP sampai lulus SMA. Aku benar-benar mengenalnya. Tak setengah-setangah. Linnerd juga mengenal karakterku dengan baik. Seharusnya ia sudah dapat menduga jawaban apa yang akan aku berikan kalau ia menanyakan hal seperti itu.
” Tenanglah, bubblebee. Duduklah dulu. Aku..”
” Mengapa kau masih menyebutku dengan sebutan itu?!” kataku menyela pembicaraannya.
” Masie.. kau bilang kau tak keberatan kalau aku tetap memanggilmu dengan sebutan itu! Apa kau berubah pikiran?”
” Ya! Aku berubah pikiran! Aku sudah cukup banyak masalah, Linnerd! Jangan tambah masalahku! Lebih baik aku pulang saja sekarang. Dan jangan ikuti aku!” kataku menyentaknya. Aku berbicara tanpa henti padanya tanpa mendengarkan penjelasannya. Suatu kebiasaaan buruk yang ada pada diriku. Aku sudah termakan emosi. Otakku tidak bisa berpikir jernih. Sudah dua kali dalam sehari ini aku dikecewakan. Pertama oleh kakak laki-lakiku yang brengsek, kedua oleh mantan pacarku yang benar-benar membuat otakku pecah. Apa yang salah pada hidupku?
” Masie! Tunggu, Masie! Aku minta maaf! Masie!” Linnerd berteriak memanggilku. Aku tak menghiraukan panggilannya. Aku tak mau melihat wajahnya lagi.
Langit Mahanttam terasa semakin kelam. Bintang-bintang tak menampakkan cahayanya. Bulan tak tersenyum cerah. Aku duduk di pinggir trotoar hitam-putih di bawah lampu jalan yang remang-remang. Aku menangis. Air mata tak kunjung henti keluar dari mataku yang sembab. Aku baru ingat kalau mobilku masih ada di kafe yang berisi para tuat-tua itu. Namun aku tidak memikirkan hal itu. Aku sudah tahu sistem keamanan Mahanttam. Aku tak perlu mengkhawatirkan mobil kebanggaanku itu. Otakku hanya berisi masalah Raven dan Linnerd. Dua laki-laki brengsek yang melukai hatiku. Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan hidupku ini. Baru saja aku mendapatkan keluargaku kembali. Baru saja aku mendapatkan kebahagiaanku pada David. Baru saja semuanya sempurna. Tetapi kedua laki-laki brengsek itu menodai kesempurnaan hidupku. Mereka seperti tak ingin melihatku bahagia. Mereka benar-benar merusak kebahagiaanku. Aku benar-benar menyesal telah berhubungan dengan mereka berdua.
-Masie, David's girlfriend-
XOXO LOL
Sometimes you think you'll be fine by yourself
Cause a dream is a wish that you make all alone
It's easy to feel like you don't need help
But it's harder to walk on your own
You'll change inside
When you realize
The world comes to life
And everything's right
From beginning to end
When you have a friend
By your side
That helps you to find
The beauty you are
When you open your heart
And believe in
The gift of a friend
The gift of a friend
Someone who knows when you're lost and you're scared
There through the highs and the lows
Someone to count on, someone who cares
Beside you wherever you go
You'll change inside
When you realize
The world comes to life
And everything's right
From beginning to end
When you have a friend
By your side
That helps you to find
The beauty you are
When you open your heart
And believe in
The gift of a friend
And when your hope crashed down
Shattering to the ground
You, you feel all alone
When you don't know which way to go
And there's no signs leading you home
You're not alone
The world comes to life
And everything's right
From beginning to end
When you have a friend
By your side
That helps you to find
The beauty you are
When you open your heart
And believe in
When you believe in
When you believe in
The gift of a friend
>>>Franzie`s opinion:
- a GIFT of A FRIEND is very speciall,,,it`s so powerfull n it`ll make you feel very-very speciall and make us realize that
WE`LL NEVER FINE BY OURSELVES ADN WE`LL NEVER EVER EVER DON`T NEED HELP..So friends,
GIVE UR FRIENDS THE BEST FROM U and REMEMBER THAT FRIENSHIP IS ONE OF THE BEST TRESURE !!luv u all :)
me, Franzie