alright guys.. meet us again! whhoo-hoo haha
now we want to show our first part of this novel
enjoy it!
Masie
Universitas Harvard. Tempat yang sangat ingin kukunjungi. Tak sembarang orang dapat masuk ke universitas berstandar tinggi ini. Aku tak mungkin dapat memasuki gedung ini walaupun hanya 1 inci saja. Namun entah apa yang telah mengubah duniaku ini, namaku tercantum pada kertas di papan coklat yang terbuat dari kayu mahoni di universitas itu sebagai calon mahasiswi. Aku tak pernah mempercayai hal ini. Namun memang inilah kenyataanya. Ya, walaupun aku adalah lulusan Sebenarnya aku bahagia karena pada akhirnya aku dapat berkumpul dengan orangtuaku serta kakak-kakakku lagi seperti dulu. Kami benar-benar keluarga yang harmonis sekarang. Pacarku David juga bersamaku disini. Ya, walaupun dia tidak melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi karena ia ingin meraih cita-citanya menjadi penyanyi. David mengikuti ajang pencari bakat bergengsi di Amerika. American Idol. Aku rasa dia memang pantas ikut lomba itu. Dia benar-benar berbakat. Jago menyanyi dan sangat lihai bermain piano. Dan 1 hal lagi bakatnya yang selama ini disembunyikan, dia diam-diam romantis. Aku benar-benar bersyukur menjadi pacarnya. Sangat. Pernah pada suatu malam aku diajaknya ke bukit di belakang komplek rumahnya dan menghabiskan malam itu dengan bernyanyi, bercanda, dan melihat bintang serta menangkap kunang-kunang. Di tempat itu pula aku mengalami ciuman pertamaku bersama orang yang paling aku cintai. Hal yang sama terjadi pula pada David. Ciuman pertama kami di bukit di malam sabtu berbintang di bawah selimut langit. Tepat di saat ulang tahun nama baptisku, 24 Mei.
David juga memberikanku sekotak cokelat almond Cadbury dari toko dores di seberang jalan. Kami memakan cokelat itu bersama. Saling memberikan cokelat itu ke mulut pasangan kami. David menghabiskan hampir setengah dari coklat itu. Aku yang memintanya menghabiskan coklat itu karena aku tak begitu suka coklat. Ia juga memberikanku kalung perak dengan huruf D pada bandulnya, ia juga punya dan tentunya dengan huruf M pada bandulnya. Ia sengaja memesan kalung itu khusus dari toko perhiasan langganan ibunya. Aku tak percaya dia melakukan ini untukku. Aku hampir saja membuang kalung itu karena ia tak mau menerima kalung yang aku kembalikan padanya. Namun ketulusan hatinya mengurungkan niatku. Akhirnya aku menyimpan kalung itu dan terus kupakai sampai sekarang.
Aku mengenakan celana jeans biru dan T-shirt berwarna putih dengan tulisan WOMAN GETS RULES yang kubeli di gucci minggu lalu. Aku bercermin dan memilin rambutku yang pirang bergelombang. Aku mengenakan sepatu hitam polos dan alasnya seperti sepatu ballet, rata dan halus. Aku mengenakan tas roxy putih yang sudah bertahun-tahun lamanya tak aku gunakan. Tas itu hanya berisi dokumen-dokumen pendaftaran, file kosong dan beberapa alat tulis yang kutaruh tersebar. Aku berangkat dengan mobil Aston Martin hitam. Mobil ini mobil pribadiku. Aku mendapatkannya saat ulang tahunku yang ke-16. Ya, memang kuakui keluargaku memang termasuk keluarga yang berada. Aku dapat membeli mobil idaman sebagian besar masyarakat Amerika. Tapi aku mendapatkan ini saat aku masih di . Saat aku masih berada di SMA. Ah.. membicarakan hal ini aku jadi ingat masa SMA-ku. Saat yang paling indah menurutku. Saat aku masih berkumpul bersama sahaba-sahabatku, Jenny, Lesya, dan Franzie. I miss them very much! Apa kabar ya mereka sekarang? Jenny sekarang sudah mulai serius menekuni karirnya di bidang modeling. Sekarang ia model ternama di Amerika. Ia tinggal di LA (Los Angeles). Aku tinggal di Mahanttam di rumah yang besar dengan tangga berputar yang menurutku aneh. Tapi itu selera ayahku, dia seniman.
Kembali lagi ke Jenny. Bulan lalu aku melihat wajahnya yang rupawan di majalah Rolling Stone dan Cosmo Girl. JENIFFER MOMSEN, THE HOTTEST MODEL OF 2009. Tulisan iu terpampang di bagian depan majalah Rolling Stone dengan warna merah mencolok dan berlatar belakang dirinya yang sedang mengenakan hot pans model satin dan baju pendek. Rambut pirangnya digerai dan terlihat ikal. Gayanya yang centil dengan kakinya yang dilapisi high heels hitam terangkat. Ia juga sempat dinobatkan sebagai trendsetter tahun 2009 dengan mini skirt denim dan T-shirt terbuka. Banyak remaja putri yang mengenakan baju dengan model itu. Simple, namun modelnya yang nyaman membuatnya easygoing. Aku punya model baju itu, tapi jarang sekali aku pakai karena aku jarang berpergian. Sekali aku mengenakannya saat berjalan-jalan ke tanah kelahiran David di Florida. Aku mengenakannya saat pergi ke pantai Sunway di Miami. Pantai itu lumanyan jauh dari rumah David yang lama yang sekarang sudah dijadikan apartemen mewah.
Raven paling tidak suka kalau ada yang terlambat, dia laki-laki, namun disiplin. Biasanya laki-laki yang sering melanggar aturan, terlambat, berperilaku buruk, dan kasar. Namun Raven berbeda. Ia disiplin dan tak pernah terlambat. Ya, walaupun ia kasar, namun begitulah sifarnya. Pernah pada suatu hari, Raven janji bertemu dengan Celly di bioskop mall Percy. Celly yang pada saat itu sedang mengikuti latihan Orchestra di kampusnya lupa waktu dan melewatkan 1 tiket nonton film action yang mereka sukai bersama Raven. Raven benar-benar kesal dengan Celly. Ia marah pada Celly hampir seharian penuh. Celly sudah minta maaf sampai ia harus memohon-mohon seperti orang bodoh. Seperti hamba yang mau dihukum mati. Namun Raven tetap kesal padanya. Akhirnya Mom yang menyelesaikan semuanya. Ia memberi nasihat pada Raven agar tidak memperlakukan Celly seperti itu. Celly mengadu pada Dad dan Dad menjaga Celly agar tetap tenang karena sifat kakak laki-lakiku itu. Aku, tentunya aku diam saja. Aku tak pernah berani berurusan dengan Raven bila ia sudah marah besar.
Plakat club sudah terlihat dari ujung jalan. Club Stagedeviers. Club yang cukup terkenal karena banyak pasangan gay disana. Aku sebenarnya enggan kesana. Namun apa boleh buat. Aku terlalu takut untuk menolak ajakan Raven yang terlalu beresiko. Bisa-bisa aku mengalami kejadian yang sama seperti Celly. Mungkin lebih mengerikan daripada itu. Club itu gelap dan hanya lampu warna-warni yang meneranginya. Banyak pasangan gay yang sedang berciuman. Sungguh menjijikkan. Kulihat Raven sedang minum wiskie dengan es di bar dan sedang menggoda wanita. Oh Tuhan, apa yang terjadi pada Raven? Aku tak pernah melihat Raven sekacau ini. Apa yang membuatnya terjerumus dalam permainan biadab ini? Tiba-tiba Raven rubuh. Badannya menimpa diriku. Aku ikut rubuh bersamanya. Aku meringis kesakitan karena tertimpa badannya yang besar. R lagi. Saat ia terjatuh, ia malah mencium bibirku. Ia semakin mendekatkan tubuhnya padaku seperti inign memperkosaku. Aku langsung mendorong tubuhnya dan berteriak dengan keras sampai semua mata penghuni club itu tertuju pada kami. Raven tersentak dan jatuh lagi. Badannya mengenai meja bar dan membuat botol wiskie yang sudah kosong jatuh dan pecah. ”KAU GILA RAVEN! KAU SEPERTI KESETANAN! AKU BENCI PADAMU!” aku berteriak padanya dan meninggalkannya begitu saja. Raven tersadar dan berusaha mengejarku. Aku terus berlari dan menuju mobilku. ”B, TUNGGU B! AKU MINTA MAAF.. AKU...” suara Raven terdengar samar-samar dan serak. Aku tak dapat mendengar lanjutan kata-katanya karena aku terlalu kalut dan mobilku melaju dengan sangat cepat. Aku menangis sepanjang perjalanan. Kakak laki-lakiku telah berubah entah apa alasannya ia jadi seperti orang sinting. Ia benar-benar kacau dan terlihat sangat bodoh. Aku tak dapat mempercayai bahwa kakak laki-lakiku berbuat seperti itu padaku. Ia hampir memperkosaku! Hal yang bahkan dengan David pun tak pernah kulakukan. Kami hanya pernah berciuman dan itu wajar bagi pasangan kekasih. Namun Raven? Ia kakakku. Kakak kandung. Sah menurut akta kelahiran kami. Ya, walaupun kami sudah pernah berciuman bibir sebelumnya, namun ia ingin memperkosa aku. Adik perempuannya sendiri yang selalu memanggapnya pahlawan karena dia selalu ada di saat aku membutuhkannya dan selalu datang tiba-tiba seperti hantu untuk menghiburku di saat aku sedih. Dia bukan Raven yang aku kenal di bar tadi. Sangat berbeda dari perilakunya yang selama ini ditunjukkan padaku dan keluargaku. Berbeda dari Raven yang selalu santai dan cuek namun tegas dan disiplin. Dia seperti kesetanan. Sinting dan bodoh. Aku benar-benar benci padanyaAku duduk di bar dan memesan segelas sampange. Aku memperhatikan gelas yang berisi cairan seperti bensin itu. Berputar-putar seperti angin tornado kecil dan membuat gelombang-gelombang yang berliku ketika aku berhenti memutarnya. Aku meneguk cairan itu dengan cepat. Rasanya benar-benar masam dan membuat otakku berputar cepat seperti komedi putar. Aku menaruh gelas itu ke meja bar dengan keras. Agak membanting sehingga sebagian kakek-kakek yang duduk tidak jauh dariku memperhatikan aku. Aku agak sedikit heran dengan kafe ini. Kafe ini bernuansa kelam dan kebanyakan pengunjunggnya adalah para manula. Namun mereka masih menyediakan sampange, scots, dan arak yang biasa diminun oleh remaja muda di Amerika yang berusia 16 tahun keatas untuk bersenang-senang.
alright guys..
enjoy it :)
hai all!
we're soo sorry can't update our blog for these month because we're very busy haha
now.. we're in 9th grade! whooo-hoo
yeah.. we're not in the same class, actually.. but Masie and Jenny are in the same class! Thank's God haha
well.. now we must to study hard for our exam soon
we must to seriously for this year.. we can't always online and online to update our blog or chat wit others.. so please don't be mad
alright guys... see ya
GUB /kis